Rahim Pengganti

Bab 43 "Cemburu Bian"



Bab 43 "Cemburu Bian"

0Bab 43     

Cemburu Bian     

Bian berlari menuju rumah sakit, pria itu kaget dengan apa yang terjadi pada Della. Ya istrinya itu masuk rumah sakit, mengalami pendarahan hebat yang membuat janin di dalam rahim Della tidak selamat. Mendengar hal itu membuat Bian panik, tapi perasaannya biasa biasa saja. Tidak ada sesuatu hal yang mengusik hatinya, berbeda saat tahu kondisi Carissa saat itu.     

"Mas ... anak kita," ucap Della dengan derai air mata yang mengalir sangat deras. Wanita itu menangis, kesal dengan keadaan yang tidak berpihak kepadanya.     

"Gak apa apa," balas Bian. Hanya tiga kata iti yang terucap dari mulut Bian, pria itu bingung dengan apa yang harus dirinya lakukan. Bian memberikan usapan penuh cinta, yang sang tulus kepada istrinya itu.     

Caca yang mengetahui, keadaan Della juga panik dan khawatir. Wanita itu syok dengan apa yang terjadi pada sahabanya, Siska yang melihay sang kakak ipar seperti sterikaan pusing luar biasa.     

"Mbak. Duduk aja, aku yakin dia gak apa apa. Toh dia juga belum tentu mau punya anak," ucap Siska sinis. Sikap yang selalu Siska tunjukkan ketika, membahas mengenai Della. Gadis itu sangat malas, jika harus berurusan dengan Della terus menerus.     

"Aku tuh, khawatir dengan keadaan Della. Gimana dia di sana, pasti syok banget mengetahui semuanya," ucap Caca.     

"Mbak tenang aja. Udah ada Mas Bian di sana. Toh kalau mbak yang sakit belum tentu dia se khawatir ini sama Mbak. Jadi mendingan Mbak duduk di sini, kita nonton tenangkan pikiran Mbak. Kasihan ponakan aku di dalam pasti ikutan cemas, karena Bundanya juga panik," ujar Siska.     

Caca lalu duduk, apa yang dikatakan Siska benar. Anaknya pasti merasakan bagaimana perasaannya saat ini, Caca berdoa supaya Della baik baik saja. Wanita itu, mencoba meraih handphone nya menghubungi sang suami.     

Caca mulai mengetikkan sesuatu di pesan singkat tersebut, tak lama balasan dari pesan itu. Ada perasaan lega dan juga kasihan dengan Della, anak mereka harus digugurkan karena pendaragan hebat yang terjadi. Caca mengusap perutnya dengan penuh kasih sayang.     

"Semoga kita bertemu nanti ya, dek," ucap Caca.     

***     

Kondisi Della sudah membaik, wanita itu sudah menerima semuanya. Siska yang saat ini berada di ruangan Della sejujur sangat malas, dirinya berada di sini juga karena perintah Caca.     

Bian harus, metting dan tidak mungkin Della berada di sana seorang diri. Caca yang awalnya menawarkan dirinya untuk menjaga Della. Namun, Bian melarang pria itu tidak mau sang istri kelelahan dan akhirnya meminta Siska yang melakukannya.     

"Loe tuh kalau di depan Mas Bian. Sumpah sok manja, sok lemah, tapi lihat sekarang cih munafik banget," ucap Siska kesal.     

"Suka suka gue. Dia suami gue, mau gue apain juga itu hal gue. Kenapa jadi loe yang sewot," jawab Della dengan nada menantang.     

Siska tidak bisa seperti ini, dirinya lalu beranjak dari tempatnya. Mendekati Della yang sudah memasang wajah songgongnya.     

"Muka loe, gak nunjukin kalau loe merasa kehilangan anak yang loe kandung. Muka loe malahan berkata kalau loe senang dengan hal yang terjadi."     

Suara tawa Della bergema dengan sangat keras, membuat Siska menatap dengan bergitu tajam ke arah kakak iparnya itu.     

"Gue memang senang. Anak itu gak pernah gue, pengen. Dia hadir gitu aja, Bian juga gak pengen akan kehadiran dia. Buktinya setelah tahu Carissa hamil dia lebih memperhatikan wanita itu di banding gue. Makanya mending anak itu gak usah lahir, toh bukan anak Bian juga," jawab Della.     

Siska tidak habis pikir dengan ucapan Della yang benar benar tidak manusiawi. Mana ada seorang ibu melakukan banyak cara untuk melenyapkan anaknya sendiri, sungguh terbuat dari apa hati Della. Iblis seperti apa yang merasuki wanita itu.     

"Wel ... wel ... wel, gue rasa loe itu udah sakit jiwa Della. Tidak ada seorang ibu yang pengen kehilangan anak, dan loe dengan bangganya mengatakan hal itu. Loe emang gila, gue tahu itu bukan anak Mas Bian. Tapi itu anaknya Mas Aidan," jawab Siska.     

Keduanya saling adu argumen. Siska tahu tentang semua yang terjadi antara Aidan dan Della. Bahkan Della tahu, kalau adik iparnya itu mengetahuinya skandal mereka.     

***     

Berbeda dengan Della dan Siska yang dalam keadaan tidak baik di sana. Saat ini, setelah meeting penting itu, Bian langsung pulang ke rumahnya. Pria itu terlalu lelah semalaman harus menunggui Della di rumah sakit, lalu pergi ke kantor. Rasanya saat ini, Bian ingin mengistirahatkan dirinya di kasur dengan memeluk istrinya.     

Membayangkan hal itu saja, membuat Bian tersenyum. Setelah selesai memarkirkan mobilnya, Bian langsung masuk ke dalam kamarnya namun, sebelum itu Bian meminta untuk kedua asisten rumahnya untuk tidak menganggu mereka.     

Bi Susi dan Bi Sumi hanya senyum senyum sendiri, melihat tingkat laku Bian yang terkadang luar biasa aneh dari sikapnya sebelumnya.     

Ceklek     

Pintu kamar mereka terbuka, Bian berjalan mendekati Caca yang sedang membaca buku di atas tempat tidur. Caca menoleh ke arah pintu ketika mendengar, suara pintu terbuka.     

"Mas!!" panggilnya.     

Bian tersenyum lalu mendekati istrinya itu mengecup dahi Caca dengan penuh cinta.     

"Kamu cantik banget. Aku kangen," ucap Bian.     

"Apaan sih Mas. Kamu lebay banget tahu gak sih," jawab Caca.     

Mendengar jawaban dari istrinya itu membuat Bian memajukan bibirnya. Terlihat sangat lucu menurut Caca, suaminya itu jika sudah seperti ini benar benar mampu membuat Caca tersenyum.     

Bian lalu naik ke atas tempat tidur, lalu memeluk perut Caca, mengecup perut itu sembari berbisik. Entah apa yang dibicarakan Bian kepada anak mereka.     

"Kamu gak ke rumah sakit Mas?" tanya Caca.     

"Gak!" jawab singkat Bian.     

"Kenapa Mas. Kasihan Della sendirian di sana," ucap Caca kembali. Bian lalu mengangkat kepalanya, lalu menatap ke arah sang istri tatapan keduanya saling bertemu.     

"Aku mau sama kamu, kata anak kita dia pengen di tengokin sama Papanya," ucap Bian. Mendengar ucapan itu membuat Caca seketika merona. Dia mengerti apa yang diucapkan oleh Bian, melihat tingkah istrinya yang malu malu semakin membuat Bian tidak bisa menahannya lain. Bian menarik tengkuk Caca, keduanya saling berciuman dengan begitu mesra.     

***     

Setelah kegiatan panas mereka, malam harinya Caca, mengajak Bian untuk makan pecel lele. Keduanya segera beranjak, pria itu tidak menghiraukan panggilan dari Della yang sudah banyak. Saat ini Bian hanya ingin bersama dengan Caca, bergulatan keduanya tadi benar benar membuat Bian ketagihan.     

"Mau makan apa Neng?" tanya penjual pecel lele.     

Caca mulai menjelaskan semuanya, senyum yang ada di bibir Caca tak pernah luntur hal itu membuat Bian kesal, apa lagi penjual pecel lelenya cukup ganteng menurut Caca sehingga membuat pria itu tidak suka.     

"Kamu ada lagi Mas?" tanya Caca kepada suaminya.     

"Gak!!" jawab Bian dengan nada dingin. Mendengar jawaban itu, membuat Caca bingung dengan sikap suaminya yang tiba tiba berubah menjadi dingin.     

"Kamu kenapa Mas?" tanya Caca. Namun, Bian tidak menjawab pria itu melainkan menautkan kedua tangannya sehingga membuat siapa yang lewat menatap takjub ke arah mereka. "Loh ini kenapa sih," ucap Caca bingung.     

"Kamu gak boleh senyum senyum sama orang lain. Biasa aja, nanti mereka suka sama kamu. Kamu cuma punya aku, ingat ya," ucap Bian. Caca terdiam, wanita itu tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh suaminya itu hingga akhirnya senyum manis di bibir Caca terbit. Ia mengerti kenapa suaminya bisa bersikap seperti ini.     

###     

Halo. Bian udah mulai bucin wkwk. Terima kasih dan selamat membaca semoga tetap suka. Love you guys, sehat selalu ya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.